Kamis, 16 April 2009

TELAGA NGEBEL

Udara sejuk dan angin sepo-sepoi menyelimuti obyek wisata Telaga Ngebel. Panorama asri dan indah mempesona
pengunjungnya. Para pencari ikan asyik menangkapi penghuni telaga. Lalu sajian ikan bakar dari telaga kian menambah
betah siapapun yang hadir disana.
Telaga Ngebel cukup unik dan menarik dibandingkan dengan telaga-telaga lain yang ada di wilayah Jawa Timur. Telaga
anggun yang cukup luas ini dikelilingi rimbunnya pepohonan lereng gunung. Kondisi alamnya sangat berprospek baik
bila dikembangkan lebih lanjut bahkan dapat menjadi aset Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam meningkatkan
perekonomian, khususnya bagi masyarakat sekitar obyek wisata itu sendiri.
Telaga Ngebel ibarat tambang emas yang menunggu sentuhan investor, sehingga dapat bersolek dan menjadi ikon
kedua di Kabupaten Ponorogo setelah kesenian Reog. Obyek wisata ini layak untuk dikunjungi lantaran masih
bersuasana alami dan indah. Kondisi seperti ini dipastikan mampu menghilangkan kepenatan atau kelelahan usai didera
kesibukan sehari-hari.
Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah
seekor ular naga bernama "Baru Klinting". Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh
masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat
dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.
Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas
lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah
seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro
menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Buat Jalan Tembus
Bupati Ponorogo Muhadi Sujono mengakui Telaga Ngebel memang cukup potensial untuk dikemhangkan menjadi
daerah tujuan wisata sekaligus sebagai penopang ekonomi masyarakat maupun daerah kabupaten itu sendiri. Namun
satu hal yang menjadi kendala aset menuju ke obyek ini baru bisa ditempuh melalui satu jalur, sehingga membuat para
investor enggan melirik atau menanamkan modalnya untuk membangun obyek wisata pendukung (sport tourism) di
telaga ini.
Dalam waktu dekat, Kabupaten Ponorogo akan bekerja sama dengan kabupaten Madiun dan Nganjuk untuk membuat
jalan tembus menuju ke Telaga Ngebel. "Saya akan mengusulkan rencana proyek ini ke Pemerintah Provinsi Jawa
Timur agar dapat segera terealisasi," kata Muhadi Sujono. Dia yakin dengan adanya beberapa alternatif jalan menuju
obyek wisata Telaga Ngebel, tidak menutup kemungkinan investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya disini.
Kabupaten Ponorogo, cukup kaya akan potensi pariwisatanya, baik wisata budaya maupun wisata alam. Salah satunya
event nasional yang berakar dari tradisi masyarakat, yaitu Grebeg Suro yang biasanya digelar pada Festival Reog
Nasional. Kegiatan ini dikemas secara matang sehingga cukup layak jual di pasar Wisata internasional. Event Grebeg
Suro telah menjadi kalender wisata nasional, dan cukup menarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung di kota
kecil di Jawa Timur ini.
Sedangkan kesenian reog sudah menjadi identitas bagi kabupaten Ponorogo. Oleh karenanya kabupaten ini disebut
juga dengan Kota Reog. Pentas seni reog sudah dikenal luas di Indonesia bahkan mancanegara. Di setiap sudut kota
dapat dijumpai miniatur-miniatur reog.
Tips Perjalanan
0byek wisata Telaga Ngebel terletak sekitar 24 km kearah timur laut dari pusat kota Kabupaten Ponorogo Jawa Timur,
tepatnya berada di Gunung Wilis dengan ketinggian 750 meter diatas permukaan laut, dengan suhu sekitar 22 derajad
celcius. Luas permukaan telaga 15 km dengan dikelilingi jalan sepanjang 5 km. Panoramanya sangat indah dan
menakjubkan. Udaranya sejuk dan kondisi alamnya masih asri.
Di kawasan Telaga Ngebel, aneka ragam buah sepertu durian, manggis, dan pundung. Di Telaga Ngebel setiap satu
tahun sekali diselenggarakan ritual budaya berupa Larungan Sesaji pada tahun baru Hijriyah/Tahun baru Islam 1
Muharam atau 1 Suro.


Sumber: Majalah Travel Club